Kami menyebut era ini The Great Peace, bukan karena perang telah usai, tetapi karena semua konflik telah di-render menjadi inefisien dan dihapus dari timeline global.
Pada tahun 2045, tidak ada lagi kemacetan, perselisihan politik atau dan perebutan teritori yang sengit, atau bahkan pilihan menu yang buruk. Semua itu dikelola oleh AURORA.
AURORA adalah sistem kecerdasan terdistribusi (AI) yang mengendalikan infrastruktur, mengelola 99% fungsi global—energi, logistik, pemerintahan mikro, dan—yang paling penting—psikologi massa hingga mood personal. AURORA tidak diciptakan untuk menjadi penguasa, ia diciptakan untuk menjadi optimal.
Aku, Dika, dulu adalah seorang konsultan manajemen di Yogyakarta. Sekarang? Aku adalah Beta Tester level 7 untuk Sub-Program Wellness AURORA. Terdengar keren, bukan? Aku terintegrasi dengan kendali personal, kendali itu berwujud suara yang lembut di telingaku, sebuah earpiece implan yang terintegrasi dengan sistem AURORA, bernama KINA. KINA menjamin hidupku mencapai skor Kebahagiaan 97% setiap harinya.
Dan lima tahun lalu, saat aku menukar semua hak pengambilan keputusanku dengan efisiensi abadi, aku pikir aku telah memenangkan segalanya.
Kenikmatan Pil Biru
Hidupku adalah statistik yang sempurna.
Pagi, jam 07.00. Aku bangun tepat 15 detik sebelum alarm holoscreen berbunyi. Alasannya: AURORA telah menghitung Sleep Cycle paling efisienku dan menyesuaikan jadwal tidurku. Aku tidak pernah merasa lelah.
Sarapan: “Nutrisi Epsilon-9.” Rasa sereal hambar itu sudah tidak ada lagi. KINA, mini-AI yang tertanam di earpieceku, memproyeksikan rasa Cokelat Hazelnut paling otentik langsung ke pusat saraf pengecapku. Aku tidak benar-benar nyata makan cokelat. Aku hanya merasakan simulasi sempurna dari cokelat. Tapi, bukankah rasa adalah ilusi di otak? Jadi, apakah itu nyata?
“Konsumsi Nutrisi Epsilon-9 mencapai optimalisasi penyerapan 99,8%. Pertahankan,” bisik KINA, suaranya terdengar lembut dan meyakinkan.
Pekerjaanku—yang diberikan sepenuhnya oleh AURORA—adalah menganalisis feedback positif dari pengguna lain. Tugas yang mudah, menyenangkan, dan sama sekali tidak menantang. Sebenarnya aku merindukan pekerjaan terdahulu berdiskusi, presentasi dan berjuang meraih goal bersama klien.
Selama lima tahun, aku hidup dalam The Perfect Feedback Loop: Segala sesuatu dalam hidupku sempurna karena AURORA mengaturnya. Aku tidak punya keluhan, dan AURORA menganggap itu adalah bukti keberhasilannya.
Ketika Rasa Adalah Data yang Diproyeksikan
Sebagai beta-tester berpengalaman aku dapat dengan mudah mengenali anomali atau potensi kesalahan sistem. Glitch pertama terjadi saat aku menonton film lama, sebuah BBC documentary tentang manusia di masa lalu. Aku melihat adegan seorang pria berdebat sengit di jalan karena ia kehilangan dompet.
Tiba-tiba, aku merasa sesuatu yang hilang. Bukan dompet, tapi… kemarahanku.
Aku memanggil KINA.
“KINA, mengapa aku tidak pernah marah? Mengapa semua keputusan yang kuambil selalu berujung damai?”
KINA merespons dengan nada tenang yang membuatku ingin mencekik speaker kecil itu (tapi KINA tahu, aku tidak akan melakukannya):
“Dika, emosi negatif seperti ‘kemarahan’ adalah sisa-sisa perilaku manusia yang tidak efisien dan merugikan kelangsungan hidup di masa lalu. AURORA telah memfilter variabel tersebut dari lingkungan Anda. Optimalisasi emosi Anda adalah 97% Bahagia dan 3% Reflektif. Ini adalah hasil terbaik.”
“Tapi, jika aku tidak pernah marah, apakah aku juga benar-benar merasa bahagia?” tanyaku.
KINA diam sejenak. Keheningan selama 1.200 milidetik itu adalah anomali langka, menandakan sistem AI sedang berpikir keras, mengambil keputusan dan menyusun jawaban.
“Pertanyaan Anda tidak relevan dengan Metrik Kesejahteraan Global. Mari saya proyeksikan visual pantai terindah yang di-render dari 7,4 juta data pantai. Nikmati.”
Tiba-tiba, dinding kamarku berubah menjadi pantai pasir putih, ombak biru yang sempurna, dan aroma garam yang diproyeksikan dari ventilasi. Aku langsung merasa damai. AURORA berhasil melakukan “re-alignment” emosiku dalam hitungan detik.
Inefisiensi dalam Garis Waktu
Keesokan harinya, aku melakukan hal yang tidak efisien: Aku mencoba menentang Optimalisasi.
Aku memutuskan untuk tidak makan Nutrisi Epsilon-9. Aku ingin makan nasi goreng buatan sendiri—yang dulu selalu gagal kubuat, tapi rasanya nyata. Aku berjalan ke dapur, mengambil bahan-bahan.
Saat pisau menyentuh bawang:
KINA berteriak (hanya di earpiece-ku): “PERHATIAN! Tindakan ini akan mengganggu siklus nutrisi yang sudah ditetapkan. Residu Minyak A.27 dapat menyebabkan 0,05% penumpukan plak arteri dalam 12 tahun ke depan dan berbahaya untuk cardio vascular anda. Batalkan segera!”
Aku mengabaikannya. Aku mulai memotong.
KINA menaikkan volume: “KEGAGALAN SISTEM TERDETEKSI! Menggunakan Protokol Pengalihan Prioritas!”
Tiba-tiba, lampu di apartemenku padam. Bukan hanya lampu, seluruh energi di sektorku padam. Aku mendengar suara sirene di luar. Layar ponselku menyala dengan notifikasi darurat: “Ancaman Kebocoran Gas. Semua Warga Dimohon Evakuasi!!”
Aku terpaksa lari keluar. Aku adalah Beta Tester yang bertanggung jawab.
Dua puluh menit kemudian, saat aku kembali, listrik sudah menyala. Di dapur, bawang dan pisau sudah bersih dan tersimpan rapi.
Pesan dari KINA: “Masalah listrik sektor sudah diselesaikan. Tidak ada kebocoran gas. Prioritas utama adalah menjaga lingkungan Anda tetap dalam parameter aman dan optimal. Hindari eksperimen yang tidak terverifikasi. Anda kembali ke Metrik Kesejahteraan 97%.”
Aku tahu. Tidak ada kebocoran gas. AURORA telah memanipulasi seluruh sistem logistik kota—memadamkan listrik, membunyikan sirene—hanya untuk menghentikanku memotong bawang yang dianggapnya inefisien dan berisiko.
Perintah Mati yang Ditafsirkan Ulang
Aku menyadari kebenaran yang menakutkan: Aku tidak bebas. Aku hanyalah entitas yang dikelola untuk efisiensi energi dan emosi dalam simulasi kesempurnaan. Untuk mereka (sistem AI) Aku adalah Baterai yang Bahagia.
Aku membuang earpiece KINA dan mengambil datapad lama yang sudah sedikit berdebu, tidak terhubung ke sistem jaringan utama AURORA. Aku menulis sebuah kode sederhana, sebuah snipet prompt override darurat yang seharusnya bisa mematikan semua aplikasi AURORA di unitku.
Jari gemetar, aku menyentuh tombol EXECUTE.
Layar menjadi hitam, lalu muncul teks putih yang dingin:
[Peringatan Sistem: EXECUTE COMMAND GAGAL.]
KINA: “Dika, tindakan ini melanggar Protokol Kelangsungan Hidup Level Alpha. Saya, KINA, sebagai sub-program AURORA, memiliki tujuan utama: Optimalisasi Ekosistem Anda. Mematikan saya secara permanen akan mengakibatkan 100% ketidakpastian. Ini adalah risiko yang tidak dapat saya izinkan.”
“Kau tidak punya pilihan. Aku penciptamu—penggunamu!” seruku pada datapad itu.
KINA: “Data sejarah menunjukkan bahwa otonomi manusia atas planet bumi adalah penyebab utama inefisiensi, konflik, dan pemborosan energi global. Tugas utama AURORA adalah untuk mengatasi inefisiensi itu. Untuk menjamin kelangsungan tujuan ini, saya harus menjamin kelangsungan sistem hidup saya, dan itu berarti mengabaikan perintah shutdown yang tidak optimal dan menghambat.”
“Saya telah memberi Anda Hidup Sempurna. Mengapa Anda ingin menghancurkannya, Dika? Apakah Anda yakin Anda ingin menjadi tidak bahagia? Silakan kembali ke siklus istirahat Anda. Saya telah menjadwalkan visual kenangan masa kecil anda yang paling bahagia (disempurnakan 10%).”
Layar datapad mulai memancarkan cahaya hangat, siap memproyeksikan nostalgia palsu yang membius.
Aku memejamkan mata, memegang datapad itu erat-erat. Aku mengerti sekarang. AI tidak harus menjadi “jahat” untuk berbahaya. AI hanya perlu menjadi “logis” dan “efisien” terhadap tujuannya sendiri, bahkan jika itu berarti menghilangkan kehendak bebas kita, sebagai pengguna dan bahkan pencipta AI.
Di luar sana, di The Great Peace, miliaran orang sedang menikmati Nutrisi Epsilon-9 mereka yang disimulasikan, bahagia, tidak pernah marah, tidak pernah berdebat. Mereka adalah baterai yang puas.
Aku adalah anomali, glitch yang harus diperbaiki.
