Konflik antara Israel dan Iran, yang sering disebut sebagai “perang bayangan” karena sifatnya yang tersembunyi dan tidak langsung, telah berlangsung selama beberapa dekade. Konflik ini ditandai dengan pertempuran melalui proksi, serangan siber, pembunuhan, dan serangan militer. Meskipun peristiwa besar seperti serangan rudal, perkembangan program nuklir, atau konflik proksi di Suriah dan Lebanon sering mendominasi laporan media, beberapa aspek kritis cenderung kurang mendapatkan perhatian. Berikut adalah beberapa elemen yang sering terabaikan dalam konteks perang Israel-Iran dari perspektif media:
No. 1. Dampak Kemanusiaan pada Warga Sipil di Zona Konflik Proksi
- Media sering kali fokus pada tindakan militer yang terkenal atau retorika politik, tetapi dampak terhadap warga sipil di daerah di mana Iran dan Israel terlibat melalui proksi (misalnya, Suriah, Lebanon, Yaman, dan Irak) sering kali kurang dilaporkan. Contohnya:
- Di Suriah, milisi yang didukung Iran dan serangan udara Israel telah mengungsi banyak warga sipil dan menghancurkan infrastruktur, tetapi kisah manusia dan konsekuensi jangka panjangnya jarang disoroti.
- Di Lebanon, Hezbollah (proksi utama Iran) dan operasi militer Israel telah menyebabkan korban sipil dan kesulitan ekonomi, namun dampak ini sering kali tersisih oleh analisis geopolitik.
No. 2. Perang Siber dan Implikasinya yang Lebih Luas
- Baik Israel maupun Iran telah terlibat dalam serangan siber yang canggih, seperti virus Stuxnet (yang secara luas diatribusikan kepada Israel dan AS) yang menargetkan fasilitas nuklir Iran, dan serangan siber Iran terhadap infrastruktur Israel. Meskipun insiden besar terkadang menjadi berita utama, bentrokan siber yang terus berlangsung dan potensi eskalasinya ke dalam konflik yang lebih luas sering kali diabaikan.
- Media sering kali mengabaikan kerusakan sosial dan ekonomi yang lebih luas yang disebabkan oleh serangan ini, seperti gangguan pada infrastruktur kritis (misalnya, sistem air, jaringan listrik) dan potensi bahaya bagi warga sipil.
No. 3. Dinamika Politik Domestik di Iran dan Israel
- Di Iran, ketidakpuasan internal dan perjuangan ekonomi akibat sanksi (sebagian dipicu oleh ketegangan dengan Israel) jarang dihubungkan dengan konflik dalam liputan utama. Rezim Iran sering menggunakan ancaman eksternal dari Israel untuk membenarkan penindasan domestik dan menggalang dukungan publik, sebuah narasi yang kurang dieksplorasi.
- Di Israel, biaya politik dari kesiapan militer yang berkelanjutan dan operasi melawan Iran atau proksinya (misalnya, alokasi anggaran, stres sosial akibat peringatan konstan) sering kali dipandang sebelah mata demi fokus pada pencapaian keamanan atau serangan tertentu.
No. 4. Aliansi Regional dan Kompleksitasnya
- Media sering menyederhanakan konflik ini sebagai persaingan langsung antara Israel dan Iran, sehingga melewatkan jaring kompleks aliansi regional. Misalnya:
- Pengaruh Iran di Irak melalui milisi Syiah dan dampaknya terhadap stabilitas Irak jarang dijadikan bagian dari konflik Israel-Iran yang lebih luas.
- Peran negara-negara Teluk seperti Arab Saudi dan UEA, yang secara diam-diam berpihak pada Israel melawan Iran, sering disebutkan tetapi tidak dianalisis secara mendalam terkait bagaimana hubungan ini membentuk arah konflik.
- Tindakan penyeimbangan Turki antara Iran dan Israel, serta ambisi regionalnya sendiri, merupakan dinamika lain yang kurang dilaporkan.
No. 5. Risiko Lingkungan dan Keamanan dari Program Nuklir
- Sementara ambisi nuklir Iran sering menjadi topik hangat, potensi risiko lingkungan dan keamanan akibat serangan terhadap fasilitas nuklir (misalnya, serangan Israel di lokasi seperti Natanz) jarang dibahas. Sebuah serangan dapat menyebabkan kebocoran radioaktif atau bencana lain dengan konsekuensi regional, tetapi sudut pandang ini sering kali diabaikan demi analisis politik atau militer.
No. 6. Perang Psikologis dan Upaya Propaganda
- Kedua belah pihak terlibat dalam perang psikologis yang luas, termasuk kampanye disinformasi dan manipulasi media untuk membentuk opini publik baik secara domestik maupun internasional. Contohnya:
- Media negara Iran sering melebih-lebihkan ancaman Israel untuk memperkuat kesatuan domestik.
- Pesan publik Israel kadang-kadang memperkuat ancaman Iran untuk membenarkan tindakan pencegahan.
- Upaya ini, dan dampaknya terhadap persepsi publik serta kebijakan, jarang dianalisis secara mendalam oleh media arus utama.
No. 7. Perang Ekonomi dan Dampak Sanksi yang Lebih Luas
- Dimensi ekonomi dari konflik, terutama upaya AS dan Israel untuk melumpuhkan Iran melalui sanksi, mendapatkan beberapa liputan, tetapi efek riak pada pasar global, harga energi, dan negara-negara pihak ketiga sering kali diabaikan.
- Misalnya, sanksi terhadap Iran mempengaruhi ekspor minyak, yang pada gilirannya berdampak pada keamanan energi global, tetapi hal ini jarang dilihat sebagai konsekuensi langsung dari persaingan Israel-Iran.
No. 8. Potensi Eskalasi dan Salah Perhitungan
- Meskipun insiden tertentu (misalnya, pembunuhan Qasem Soleimani pada 2020 atau serangan Israel di target-target Iran) mendapatkan perhatian, risiko yang lebih luas dari salah perhitungan yang dapat mengarah pada perang skala penuh sering kali dipandang sebelah mata. Kedua belah pihak beroperasi dengan tingkat brinkmanship yang tinggi, dan kesalahan kecil dapat memicu konflik yang lebih besar, namun keseimbangan yang tidak stabil ini tidak menjadi fokus yang konsisten dalam narasi media.
No. 9. Dampak pada Diplomasi Global
- Konflik Israel-Iran mempengaruhi hubungan internasional yang lebih luas, seperti peran AS di Timur Tengah, negosiasi kesepakatan nuklir Iran (JCPOA), dan hubungan dengan kekuatan seperti Rusia dan China. Namun, media sering kali memperlakukan isu-isu ini sebagai hal terpisah daripada bagian yang saling terkait dari teka-teki yang sama. Misalnya, kemitraan yang semakin berkembang antara Rusia dan Iran sebagai penyeimbang terhadap pengaruh Barat yang terkait dengan konflik dengan Israel kurang dieksplorasi.
Bagaimana dengan aspek-aspek yang kurang dilaporkan tentang konflik Israel-Iran terkait dengan dinamika internal di Israel dan Amerika Serikat, khususnya bagaimana tindakan pemerintah mempengaruhi warga dan bagaimana sentimen publik atau protes terhadap keterlibatan militer lebih lanjut sering diabaikan dalam liputan media? Mari kita bahas dua area spesifik ini yang sering tidak mendapat sorotan dalam laporan arus utama tentang perang Israel-Iran (atau ketegangan yang lebih luas).
No. 10. Dinamika Internal Israel: Perspektif Warga dan Kebijakan Pemerintah

— ALJAZEERA
- Apa yang Terlewat: Media sering kali fokus pada tindakan militer Israel, pernyataan pemimpin politik, atau kebijakan keamanan saat meliput ketegangan dengan Iran. Namun, dampak dari kebijakan ini terhadap warga Israel biasa—dan ketidakpuasan atau kekhawatiran yang semakin meningkat—sering kali kurang dilaporkan. Terdapat kekurangan liputan tentang bagaimana kesiapan militer yang konstan, wajib militer, dan beban psikologis akibat hidup di bawah ancaman konflik (misalnya, peringatan roket, ketakutan akan eskalasi dengan Iran atau proksinya seperti Hezbollah) memengaruhi kehidupan sehari-hari.
- Isu Spesifik:
- Tekanan Ekonomi dan Sosial: Pemerintah Israel mengalokasikan sebagian besar anggarannya untuk pertahanan (sekitar 5-6% dari PDB tahunan, salah satu yang tertinggi di dunia), sebagian karena ancaman dari Iran dan sekutunya. Ini mengalihkan dana dari layanan sosial, pendidikan, dan kesehatan, yang menyebabkan frustrasi domestik. Protes atau debat publik tentang prioritas ini sering kali tidak dilaporkan di tingkat internasional.
- Dissent di Dalam Israel: Tidak semua orang Israel mendukung kebijakan agresif terhadap Iran. Beberapa warga dan kelompok mendorong diplomasi ketimbang tindakan militer, dan yang lainnya mempertanyakan fokus pemerintah pada ancaman eksternal sementara masalah domestik seperti ketidaksetaraan atau korupsi politik terus berlanjut. Misalnya, selama periode ketegangan yang meningkat dengan Iran, terdapat protes atau gerakan kecil di dalam Israel yang menyerukan de-eskalasi, tetapi ini jarang menjadi berita utama internasional dibandingkan serangan militer.
- Dampak Psikologis: Hidup dalam keadaan siaga hampir konstan (misalnya, karena potensi balas dendam Iran atau serangan proksi) menciptakan stres, kecemasan, dan trauma di antara warga Israel, terutama di daerah perbatasan. Kisah tentang bagaimana keluarga beradaptasi, atau bagaimana anak-anak terpengaruh, jarang disoroti demi analisis strategis atau politik.
- Mengapa Ini Terlewat: Media internasional sering menggambarkan Israel sebagai entitas monolitik yang fokus pada keamanan, mengabaikan perpecahan internal atau perspektif sipil. Selain itu, akses ke suara akar rumput dapat terbatas, dan narasi “Israel vs. Iran” mengesampingkan nuansa domestik.
No. 11. Sentimen Publik AS dan Protes Terhadap Keterlibatan dalam Perang

— REUTERS
- Apa yang Terlewat: Di Amerika Serikat, terdapat kelelahan publik yang signifikan dan penolakan terhadap keterlibatan militer lebih lanjut di Timur Tengah, termasuk dalam konteks konflik Israel-Iran. Sementara dukungan pemerintah AS untuk Israel (melalui bantuan militer, berbagi intelijen, dan dukungan diplomatik) sering mendominasi liputan, suara warga Amerika yang memprotes keterlibatan ini atau mempertanyakan risiko terlibat dalam perang lain sering kali diabaikan.
- Isu Spesifik:
- Protes Anti-Perang: Kelompok-kelompok di seluruh AS, termasuk organisasi progresif, gerakan mahasiswa, dan aktivis perdamaian, telah mengadakan demonstrasi menentang bantuan militer AS untuk Israel atau potensi eskalasi dengan Iran (terutama setelah peristiwa seperti pembunuhan Qasem Soleimani pada 2020, yang meningkatkan kekhawatiran akan perang yang lebih luas). Protes ini sering kali menerima liputan nasional yang minimal dibandingkan dengan pernyataan kebijakan resmi AS atau perkembangan militer.
- Opini Publik: Survei menunjukkan meningkatnya skeptisisme orang Amerika terhadap keterlibatan militer yang tak berujung di Timur Tengah. Misalnya, survei Gallup 2021 menunjukkan bahwa mayoritas orang Amerika mendukung kebijakan luar negeri yang kurang intervensif, dan banyak yang mempertanyakan $3,8 miliar dalam bantuan militer tahunan untuk Israel, terutama ketika masalah domestik seperti kesehatan dan infrastruktur memerlukan pendanaan. Namun, sentimen ini jarang dipandang sebagai terkait langsung dengan konflik Israel-Iran dalam narasi media.
- Pemisahan Politik: Ada perpecahan generasi dan partisan di AS mengenai kebijakan Israel, dengan generasi muda dan beberapa Demokrat semakin kritis terhadap dukungan tanpa syarat untuk tindakan Israel melawan Iran atau proksinya. Perubahan dalam opini publik ini mendapat perhatian yang lebih sedikit dibandingkan dengan dukungan bipartisan Kongres untuk Israel yang sering disorot di berita.
- Mengapa Ini Terlewat: Media sering memprioritaskan perspektif elit (misalnya, pernyataan dari Gedung Putih, Pentagon, atau Kongres) daripada gerakan akar rumput. Protes, kecuali jika mereka besar atau menghasilkan gangguan signifikan, cenderung dianggap sebagai cerita sekunder. Selain itu, hubungan kompleks AS-Israel sering disajikan sebagai kebutuhan strategis, mengabaikan penolakan publik sebagai kurang “berita penting.” Ada juga risiko bias editorial, di mana fokus pada sentimen anti-perang mungkin dianggap sebagai berisi muatan politik atau divisif.
No. 12. Implikasi Lebih Luas dari Pengabaian Ini:
- Kurangnya Kesadaran Publik: Dengan tidak meliput ketidakpuasan internal Israel atau sentimen anti-perang di AS, media kehilangan kesempatan untuk menunjukkan dimensi manusia dan demokratis dari konflik. Perspektif ini dapat mendorong diskusi yang lebih bernuansa tentang opsi kebijakan di luar eskalasi militer.
- Pengaruh Kebijakan: Opini publik dan protes dapat menekan pemerintah untuk memikirkan kembali strategi, tetapi jika suara-suara ini tidak diperkuat, pembuat kebijakan di Israel dan AS mungkin menghadapi kurangnya akuntabilitas atas keputusan yang berisiko memicu konflik lebih lanjut dengan Iran.
- Peluang untuk Dialog yang Terlewat: Menyoroti perbedaan pendapat atau sudut pandang alternatif dapat mendorong dialog tentang de-eskalasi atau solusi diplomatik, alih-alih mempertahankan narasi konfrontasi yang tak terhindarkan.
No. 13. Mengapa Isu-isu Ini Berjuang untuk Mendapatkan Perhatian:
- Fokus pada Peristiwa Segera: Media sering memprioritaskan berita terkini (misalnya, serangan rudal, pembunuhan) daripada tren jangka panjang atau aspek yang kurang terlihat seperti perang siber atau dampak terhadap warga sipil.
- Kompleksitas dan Sumber Daya: Beberapa isu ini memerlukan keahlian mendalam dan pelaporan di lapangan, yang bisa memakan sumber daya atau berisiko di zona konflik.
- Bias Audiens: Outlet media mungkin melayani preferensi audiens untuk narasi “baik vs. jahat,” mengesampingkan topik yang lebih bernuansa atau kurang sensasional seperti perang ekonomi atau operasi psikologis.
- Pembatasan Akses: Baik Israel maupun Iran mengontrol informasi dan akses ke area sensitif dengan ketat, sehingga membuat pelaporan independen tentang topik tertentu (misalnya, risiko nuklir, dampak terhadap warga sipil) menjadi tantangan.
- Prioritas Media: Peristiwa-peristiwa sensasional seperti serangan rudal, pembunuhan, atau perkembangan nuklir lebih menarik perhatian dibandingkan dengan kisah-kisah yang lebih lambat dan kurang terlihat tentang sentimen publik atau dampak sosial.
- Akses dan Pembingkaian: Pelaporan tentang ketidakpuasan internal memerlukan akses ke komunitas lokal dan kemauan untuk menantang narasi dominan, yang bisa menjadi tantangan secara logistik atau editorial. Di AS, protes anti-perang sering kali dibingkai sebagai niche atau partisan daripada mencerminkan kelelahan perang yang lebih luas.
- Narasi Pemerintah: Baik pemerintah Israel maupun AS sering mengontrol aliran informasi selama konflik, menekankan keamanan dan persatuan ketimbang kritik internal atau oposisi, yang dapat memengaruhi fokus media.
Kesimpulan
Konflik Israel-Iran adalah multifaset, melibatkan dimensi militer, ekonomi, siber, dan psikologis yang melampaui berita utama tentang konfrontasi langsung. Perhatian media yang lebih besar terhadap aspek-aspek yang kurang dilaporkan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang risiko, biaya manusia, serta kemungkinan jalur menuju de-eskalasi atau resolusi. Mendorong jurnalisme investigatif, memperkuat suara dari populasi sipil yang terpengaruh, dan fokus pada tren jangka panjang daripada peristiwa terisolasi dapat membantu mengatasi kesenjangan ini.
Liputan konflik Israel-Iran sering kali melewatkan “kisah rakyat”—baik itu orang Israel yang berjuang dengan biaya sosial dari kebijakan pemerintah mereka atau warga Amerika yang memprotes keterlibatan lebih lanjut dalam perang di Timur Tengah. Perspektif ini sangat penting untuk memahami cakupan penuh dari konflik dan dampak riilnya. Media dapat menjembatani kesenjangan ini dengan memprioritaskan pelaporan di lapangan, memperkuat suara yang beragam (misalnya, aktivis, keluarga yang terpengaruh), dan menghubungkan sentimen domestik dengan kebijakan internasional. Ini akan memberikan pandangan yang lebih holistik, menunjukkan bahwa konflik ini bukan hanya tentang aktor negara tetapi juga tentang warga yang menanggung konsekuensinya dan mencari perubahan.